SEJARAH TEORI BILANGAN
Bilangan adalah suatu konsep matematika yang digunakan untuk pencacahan dan pengukuran.
Simbol ataupun lambang yang digunakan untuk mewakili suatu bilangan disebut
sebagai angka atau lambang bilangan. Dalam matematika, konsep bilangan selama
bertahun-tahun lamanya telah diperluas untuk meliputi bilangan nol, bilangan
negatif, bilangan
rasional, bilangan irasional, dan bilangan kompleks.
Prosedur-prosedur
tertentu yang mengambil bilangan sebagai masukan dan menghasil bilangan lainnya
sebagai keluran, disebut sebagai operasi numeris. Operasi uner mengambil satu masukan bilangan dan menghasilkan satu keluaran bilangan.
Operasi yang lebih umumnya ditemukan adalah operasi biner, yang mengambil dua bilangan
sebagai masukan dan menghasilkan satu bilangan sebagai keluaran. Contoh operasi
biner adalah penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian,
dan perpangkatan. Bidang matematika yang mengkaji
operasi numeris disebut sebagai aritmetika.
Jenis
bilangan-bilangan Sederhana
Ada berbagai jenis
bilangan. Bilangan-bilangan yang paling dikenal adalah bilangan bulat 0, 1, -1, 2, -2, ... dan bilangan-bilangan asli 1, 2, 3, ..., keduanya sering digunakan untuk
berhitung dalam aritmatika. Bilangan cacah adalah himpunan bilangan bulat yang tidak
negatif, yaitu {0, 1, 2, 3 ...}. Dengan kata lain himpunan bilangan asli
ditambah 0. Jadi, bilangan cacah harus bertanda positif. Himpunan semua
bilangan bulat dalam buku-buku teks aljabar biasanya dinyatakan dengan lambang Z dan sedangkan himpunan semua bilangan asli biasanya dinyatakan
dengan lambang N.
Setiap bentuk rasio p/q antara dua bilangan bulat p dan bilangan bulat tak
nol q disebut bilangan rasional atau pecahan.
Himpunan semua bilangan rasional ditandai dengan Q.
Teori bilangan
Secara tradisional, teori bilangan adalah cabang dari matematika murni yang mempelajari sifat-sifat bilangan bulat dan mengandung berbagai masalah terbuka yang
dapat mudah mengerti sekalipun bukan oleh ahli matematika.
Dalam teori bilangan dasar, bilangan bulat dipelajari tanpa menggunakan teknik
dari area matematika lainnya. Pertanyaan tentang sifat dapat dibagi, algoritma
Euklidean untuk menghitung faktor persekutuan terbesar, faktorisasi bilangan bulat
dalam bilangan prima,
penelitian tentang bilangan sempurna dan kongruensi dipelajari di sini.
Pernyataan dasarnya
adalah teorema
kecil Fermat dan teorema Euler. Juga teorema sisa Tiongkok dan hukum keresiprokalan kuadrat. Sifat dari fungsi multiplikatif seperti fungsi Möbius dan fungsi phi Euler juga dipelajari. Demikian pula barisan bilangan bulat seperti faktorial dan bilangan
Fibonacci.
Matematika prasejarah
Asal mula pemikiran
matematika terletak di dalam konsep bilangan, besaran, dan bangun. Pengkajian
modern terhadap fosil binatang menunjukkan bahwa konsep ini tidak berlaku unik
bagi manusia. Konsep ini mungkin juga menjadi bagian sehari-hari di dalam kawanan
pemburu. Bahwa konsep bilangan berkembang tahap demi tahap seiring waktu adalah
bukti di beberapa bahasa zaman kini mengawetkan perbedaan antara
"satu", "dua", dan "banyak", tetapi bilangan yang
lebih dari dua tidaklah demikian.
Benda matematika tertua yang
sudah diketahui adalah tulang Lebombo, ditemukan di pegunungan Lebombo
di Swaziland dan mungkin berasal dari tahun 35000 SM.Tulang
ini berisi 29 torehan yang berbeda yang sengaja digoreskan pada tulang fibula
baboon. Terdapat bukti bahwa kaum perempuan biasa menghitung untuk mengingat siklus haid mereka; 28 sampai 30 goresan pada tulang atau batu, diikuti dengan
tanda yang berbeda. Juga artefak prasejarah ditemukan di Afrika dan Perancis, dari tahun
35.000 SM dan berumur 20.000 tahun.menunjukkan upaya dini untuk menghitung
waktu.
Tulang Ishango,
ditemukan di dekat batang air Sungai Nil (timur laut Kongo), berisi sederetan tanda lidi yang digoreskan di
tiga lajur memanjang pada tulang itu. Tafsiran umum adalah bahwa tulang Ishango
menunjukkan peragaan terkuno yang sudah diketahui tentang barisan bilangan prima atau kalender lunar enam bulan. Periode Predinastik Mesir dari milenium ke-5 SM, secara grafis menampilkan
rancangan-rancangan geometris. Telah diakui
bahwa bangunan megalit di Inggris dan Skotlandia,
dari milenium ke-3 SM, menggabungkan gagasan-gagasan geometri seperti lingkaran, elips,
dan tripel Pythagoras di dalam rancangan mereka.
Gambaran
sejarah purbakala dari Matematika
Pada mulanya di zaman
purbakala banyak bangsa-bangsa yang bermukim sepanjang sungai-sungai besar.
Bangsa Mesir sepanjang sungai Nil di Afrika, bangsa Babilonia sepanjang sungai
Tigris dan Eufrat, bangsa Hindu sepanjang sungai Indus dan Gangga, bangsa Cina sepanjang
sungai Huang Ho dan Yang Tze. Bangsa-bangsa itu memerlukan keterampilan untuk
mengendalikan banjir, mengeringkan rawa-rawa, membuat irigasi untuk mengolah
tanah sepanjang sungai menjadi daerah pertanian untuk itu diperlukan
pengetahuan praktis, yaitu pengetahuan teknik dan matematika bersama-sama.
Sejarah menunjukkan bahwa permulaan Matematika berasal dari bangsa yang bermukim sepanjang aliran sungai tersebut. Mereka memerlukan perhitungan, penanggalan yang bisa dipakai sesuai dengan perubahan musim. Diperlukan alat-alat pengukur untuk mengukur persil-persil tanah yang dimiliki. Peningkatan peradaban memerlukan cara menilai kegiatan perdagangan, keuangan dan pemungutan pajak. Untuk keperluan praktis itu diperlukan bilangan-bilangan.
Sejarah menunjukkan bahwa permulaan Matematika berasal dari bangsa yang bermukim sepanjang aliran sungai tersebut. Mereka memerlukan perhitungan, penanggalan yang bisa dipakai sesuai dengan perubahan musim. Diperlukan alat-alat pengukur untuk mengukur persil-persil tanah yang dimiliki. Peningkatan peradaban memerlukan cara menilai kegiatan perdagangan, keuangan dan pemungutan pajak. Untuk keperluan praktis itu diperlukan bilangan-bilangan.
Awal Bilangan
Bilangan pada awalnya
hanya dipergunakan untuk mengingat jumlah, namun dalam perkembangannya setelah
para pakar matematika menambahkan perbendaharaan simbol dan kata-kata yang
tepat untuk mendefenisikan bilangan maka matematika menjadi hal yang sangat penting
bagi kehidupan dan tak bisa kita pungkiri bahwa dalam kehidupan keseharian kita
akan selalu bertemu dengan yang namanya bilangan, karena bilangan selalu
dibutuhkan baik dalam teknologi, sains, ekonomi ataupun dalam dunia musik,
filosofi dan hiburan serta banyak aspek kehidupan lainnya.
Bilangan dahulunya digunakan sebagai symbol untuk menggantikan suatu benda misalnya kerikil, ranting yang masing-masing suku atau bangsa memiliki cara tersendiri untuk menggambarkan bilangan dalam bentuk simbol diantaranya :
Bilangan dahulunya digunakan sebagai symbol untuk menggantikan suatu benda misalnya kerikil, ranting yang masing-masing suku atau bangsa memiliki cara tersendiri untuk menggambarkan bilangan dalam bentuk simbol diantaranya :
Simbol bilangan bangsa
Babilonia:
Simbol bilangan bangsa
Maya di Amerika pada 500 tahun SM:
Simbol bilangan
menggunakan huruf Hieroglif yang dibuat bangsa Mesir Kuno:
Simbol bilangan bangsa
Arab yang dibuat pada abad ke-11 dan dipakai hingga kini oleh umat Islam di
seluruh dunia:
Simbol bilangan bangsa
Yunani Kuno:
Simbol bilangan bangsa
Romawi yang juga masih dipakai hingga kini:
Dalam perkembangan
selanjutnya, pada abad ke-X ditemukanlah manuskrip Spanyol yang memuat
penulisan simbol bilangan oleh bangsa Hindu-Arab Kuno dan cara penulisan inilah
yang menjadi cikal bakal penulisan simbol bilangan yang kita pakai hingga saat
ini, seperti yang tampak dalam gambar berikut:
Perkembangan Teori Bilangan
Teori Bilangan Pada
suku Babilonia
Matematika Babilonia
merujuk pada seluruh matematika yang dikembangkan oleh bangsa Mesopotamia (kini
Iraq) sejak permulaan Sumeria hingga permulaan peradaban helenistik. Dinamai
“Matematika Babilonia” karena peran utama kawasan Babilonia sebagai tempat
untuk belajar. Pada zaman peradaban helenistik, Matematika Babilonia berpadu dengan
Matematika Yunani dan Mesir untuk membangkitkan Matematika Yunani. Kemudian di
bawah Kekhalifahan Islam, Mesopotamia, terkhusus Baghdad, sekali lagi menjadi
pusat penting pengkajian Matematika Islam.
Bertentangan dengan langkanya sumber pada Matematika Mesir, pengetahuan Matematika Babilonia diturunkan dari lebih daripada 400 lempengan tanah liat yang digali sejak 1850-an. Lempengan ditulis dalam tulisan paku ketika tanah liat masih basah, dan dibakar di dalam tungku atau dijemur di bawah terik matahari. Beberapa di antaranya adalah karya rumahan.
Bukti terdini matematika tertulis adalah karya bangsa Sumeria, yang membangun peradaban kuno di Mesopotamia. Mereka mengembangkan sistem rumit metrologi sejak tahun 3000 SM. Dari kira-kira 2500 SM ke muka, bangsa Sumeria menuliskan tabel perkalian pada lempengan tanah liat dan berurusan dengan latihan-latihan geometri dan soal-soal pembagian. Jejak terdini sistem bilangan Babilonia juga merujuk pada periode ini.
Sebagian besar lempengan tanah liat yang sudah diketahui berasal dari tahun 1800 sampai 1600 SM, dan meliputi topik-topik pecahan, aljabar, persamaan kuadrat dan kubik, dan perhitungan bilangan regular, invers perkalian, dan bilangan prima kembar. Lempengan itu juga meliputi tabel perkalian dan metode penyelesaian persamaan linear dan persamaan kuadrat. Lempengan Babilonia 7289 SM memberikan hampiran bagi √2 yang akurat sampai lima tempat desimal.
Matematika Babilonia ditulis menggunakan sistem bilangan seksagesimal (basis-60). Dari sinilah diturunkannya penggunaan bilangan 60 detik untuk semenit, 60 menit untuk satu jam, dan 360 (60 x 6) derajat untuk satu putaran lingkaran, juga penggunaan detik dan menit pada busur lingkaran yang melambangkan pecahan derajat. Juga, tidak seperti orang Mesir, Yunani, dan Romawi, orang Babilonia memiliki sistem nilai-tempat yang sejati, di mana angka-angka yang dituliskan di lajur lebih kiri menyatakan nilai yang lebih besar, seperti di dalam sistem desimal
Bertentangan dengan langkanya sumber pada Matematika Mesir, pengetahuan Matematika Babilonia diturunkan dari lebih daripada 400 lempengan tanah liat yang digali sejak 1850-an. Lempengan ditulis dalam tulisan paku ketika tanah liat masih basah, dan dibakar di dalam tungku atau dijemur di bawah terik matahari. Beberapa di antaranya adalah karya rumahan.
Bukti terdini matematika tertulis adalah karya bangsa Sumeria, yang membangun peradaban kuno di Mesopotamia. Mereka mengembangkan sistem rumit metrologi sejak tahun 3000 SM. Dari kira-kira 2500 SM ke muka, bangsa Sumeria menuliskan tabel perkalian pada lempengan tanah liat dan berurusan dengan latihan-latihan geometri dan soal-soal pembagian. Jejak terdini sistem bilangan Babilonia juga merujuk pada periode ini.
Sebagian besar lempengan tanah liat yang sudah diketahui berasal dari tahun 1800 sampai 1600 SM, dan meliputi topik-topik pecahan, aljabar, persamaan kuadrat dan kubik, dan perhitungan bilangan regular, invers perkalian, dan bilangan prima kembar. Lempengan itu juga meliputi tabel perkalian dan metode penyelesaian persamaan linear dan persamaan kuadrat. Lempengan Babilonia 7289 SM memberikan hampiran bagi √2 yang akurat sampai lima tempat desimal.
Matematika Babilonia ditulis menggunakan sistem bilangan seksagesimal (basis-60). Dari sinilah diturunkannya penggunaan bilangan 60 detik untuk semenit, 60 menit untuk satu jam, dan 360 (60 x 6) derajat untuk satu putaran lingkaran, juga penggunaan detik dan menit pada busur lingkaran yang melambangkan pecahan derajat. Juga, tidak seperti orang Mesir, Yunani, dan Romawi, orang Babilonia memiliki sistem nilai-tempat yang sejati, di mana angka-angka yang dituliskan di lajur lebih kiri menyatakan nilai yang lebih besar, seperti di dalam sistem desimal
Sejarah Perkembangan Bilangan
A . Zaman Pra Yunani Kuno
Zaman Pra Yunani kuno
disebut juga Zaman batu, karena pada masa ini manusia masih menggunakan batu
sebagai peralatan dan sisa peradapan manusia yang ditemukan pada masa ini
antara lain :alat-alat dari batu tulang berulang hewan sisa beberapa tanaman
gambar di gua-gua tempat penguburan tulang belulang manusia purba. Antara abad
ke -15 sampai 6 SM, manusia telah menemukan besi, tembaga, dan perak untuk
berbagai peralatan. Abad kelima belas Sebelum Masehi peralatan besi
dipergunakan pertama kali di Irak, tidak di Eropa Tiongkok. Pada abad ke-6 SM
di Yunani muncullah Filsafat. Pada zaman pra Yunani Kuno di dunia ilmu
pengetahuan dicirikan berdasarkan know how yang dilandasi pengalaman
empiris. Disamping itu, kemampuan berhitung ditempuh dengan cara korespodensi satu
- satu atau proses pemetaan. Contoh cara menghitung hewan yang akan masuk
dan keluar kandang dengan kerikil. Namun pada masa ini manusia sudah mulai
memperhatikan keadaan alam semesta sebagai suatu proses alam. Dengan demikian
lama kelamaan mereka juga memperhatikan dan menemukan hal-hal seperti
berikut :
1. Gugus bintang dilangit sebagai suatu kesatuan.
Gugusan ini kemudian diberi nama misalnya : Ursa Minor, Ursa Manyor, Pisces,
Scorpio, dan lain-lain, yang sekarang dikenal dengan nama zodiac
2. Kedudukan matahari dan bulan pada waktu terbit
dan tenggelam, bergerak dalam rangka zodiak tersebut.
3. Lambat laun dikenal pula bintang-bintang yang
bergerak diantara gugusan yang sudah dikenal tadi, sehingga ditemukan planet
Mercurius, Venus, Mars, Yupiter, dan Saturnus, disamping matahari dan bulan
4. Akhirnya dapat pula dihitung waktu Bulan kembali
pada bentuknya yang sama antara 28 sampai dengan 29 hari.
5. Waktu timbul dan tenggelamnya matahari di
cakrawala yang berpindah-pindah dan memerlukan kurang lebih 365 hari sebelum
kembali kedudukan semula.
6. Ketika mata hari timbul tenggelam sebanyak 365
kali, Bulan juga mengalami perubahan sebanyak 12 kali. Berdasarkan hal itu
kelak ditemukan perhitungan kalender.
7. Ditemukan pula beberapa gejala alam seperti
gerhana, yang pada masa itu masih dihubungkan dengan mitologi-mitologi
tertentu, sehingga menakutkan banyak orang.
Jadi dapat disimpulkan
bahwa pada zaman ini ditandai oleh kemampuan :
a. Know how dalam
kehidupan sehari-hari yang didasarkan pada pengalaman.
b. Pengetahuan yang
berdasarkan pengalaman itu diterima sebagai Fakta dengan sikap receptive mind,
keterangan masih dihubungkan dengan kekutan magis.
c. Kemampuan menemukan
abjad dan sistem bilangan alam sudah menampakkan perkembangan pemikiran manusia
ketingkat abstraksi.
d. Kemampuan menulis,
berhitung, menyusun kalender yang didasarkan atas sintesis terhadap hasil
abstraksi yang dilakukan.
e. Kemampuan meramalkan
suatu peristiwa atas dasar peristiwa-peristiwa sebelumnya yang pernah terjadi
B. Zaman Yunani Kuno
Tokoh filsafat pada
zaman Yunani Kuno adalah Socrates (469 -399 SM), Plato (427-347 SM), dan
Aristoteles (384-322 SM) Pidarta (2007). Zaman ini di pandang sebagai zaman
keemasan filsafat, karena pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk
mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya. Di zaman ini banyak sekali
pendapat-pendapat para ilmuan seperti pendapat orang Yunani Kuno dan Mesir
Kuno tentang bilangan, penemuan angka nol maupun nilai tempat.
1.
Bilangan.
Konsep bilangan pada
awalnya hanyalah untuk kepentingan mereka menghitung dan mengingat jumlah.
Lambat laun, setelah para ahli matematika menambah perbendaharaan simbol dan
kata-kata yang tepat untuk mendefinisikan bilangan, bahasa matematika ini
menjadi sesuatu yang penting dalam setiap perubahan kehidupan. Tak heran lagi,
bilangan senantiasa hadir dan dibutuhkan dalam sains, teknologi, dan ekonomi
bahkan dalam dunia musik, dll. Dahulu, ketika orang primitif hidup di gua-gua
dengan mengandalkan makanannya dari tanaman dan pepohonan di sekitar gua atau
berburu untuk sekali makan, kehadiran bilangan, hitung menghitung, atau
matematika tidaklah terlalu dibutuhkan. Tetapi, tatkala mereka mulai hidup
untuk persediaan makanan, mereka harus menghitung berapa banyak ternak miliknya
dan milik tetangganya atau berapa banyak persediaan makanan saat ini,
mulailah mereka membutuhkan dan menggunakan hitung menghitung. Pada awalnya
cukuplah menggunakan konsep lebih sedikit dan lebih banyak untuk melakukan
perhitungan. Misalnya, untuk membandingkan dua kelompok kupu-kupu yang berbeda
banyaknya. Mereka hanya bisa membandingkan banyak sedikitnya kedua kelompok
kupu-kupu itu. Akan tetapi, kepastian jumlah tentang milik seseorang atau milik
orang lain mulai dibutuhkan, sehingga mulai mengenal dan belajar perhitungan
sederhana. Mula-mula, manusia menggunakan kerikil, menggunakan simpul pada
tali, menggunakan jari jemarinya, atau memakai ranting untuk menyatakan banyak
hewan dan kawanannya atau anggota keluarga yang tinggal bersamanya. Inilah
dasar pemahaman tentang konsep bilangan. Ketika seseorang berfikir tentang
bilangan dua, maka dalam benaknya telah tertanam pengertian terdapat benda
sebanyak dua buah. Misalnya ada dua katak dan dua kepiting, dan selanjutnya
kata ”dua” dilambangkan dengan ”2”. Karena menyatakan bilangan dengan
menggunakan kerikil, ranting, atau jari dirasakan tidak cukup praktis, maka
orang mulai berpikir untuk menggambarkan bilangan itu dalam suatu lambang.
Lambang (simbol) untuk menulis sebuah bilangan disebut angka. Misalnya , orang Babilonia mengembangkan tulisan kuno berbentuk baji, yang menggambarkan
lambang-lambang berbeda, menyerupai tongkat yang ujungnya tajam pada tanah liat
basah yang dibentuk menjadi batu bata merah. Lambang bilangan yang dibentuk
dari baji tersebut sepeti pada gambar:
C. Zaman Modern
Pada bagian sebelumnya
kita telah mengenal bagaimana suatu suku bangsa membuat sebuah sistem
penulisan bilangan (sistem numerasi) yang berlaku untuk bangsanya, seperti yang
dikembangkan oleh Bangsa Yunani Kuno, dan bangsa Mesir Kuno dan lain-lain.
Namun demikian pada zaman modern sekarang ini sistem penulisan bilangan yang
dikenal dan dipakai oleh hampir setiap bangsa yang ada di dunia ini adalah
sistem penulisan bilangan yang dikembangkan oleh bangsa Arab, dan sekarang ini
dikenal dengan ”Angka Arab” dengan angka-angka pokoknya adalah
0,1,2,3,4,5,6,7,8, dan 9, sedangkan angka-angka yang lebih dari 9, ditulis
dengan angka-angka pokok tadi. Misalnya, bilangan sepuluh ditulis sebagai ”10”
yaitu kombinasi angka 1 dan 0, demikian juga bilangan ”dua puluh empat” ditulis
dengan ”24” yaitu kombinasi angka 2 dan
4.
Dari sistem penulisan
angka Arab tadi, kemudian orang-orang` mulai memberi nama-nama khusus terhadap
bilangan-bilangan tertentu yang dikembangkan oleh bangsa Arab itu untuk suatu
keperluan tertentu.
Macam – macam bilangan:
A. Bilangan Bulat adalah bilangan yang terdiri atas bilangan
positif, bilangan nol, dan bilangan negatif.
Misal : ….-2,-1,0,1,2….
b Bilangan asli adalah bilangan bulat positif yang diawali dari
angka 1(satu) sampai tak terhingga.
Misal : 1,2,3….
c Bilangan cacah adalah bilangan bulat positif yang diawali dari
angka 0 (nol) sampai tak terhingga.
Misal : 0,1,2,3,….
d Bilangan prima adalah bilangan yang tepat mempunyai dua faktor
yaitu bilangan 1 (satu) dan bilangan itu sendiri.
Misal :
2,3,5,7,11,13,…..
(1 bukan bilangan prima,
karena mempunyai satu faktor saja).
e Bilangan komposit adalah bilangan yang bukan 0, bukan 1 dan bukan
bilangan prima.
Misal ; 4,6,8,9,10,12,….
f Bilangan rasional adalah bilangan yang dinyatakan sebagai suatu
pembagian antara dua bilangan bulat (berbentuk bilangan , dimana a dan b
merupakan bilangan bulat).
Misal:
g Bilangan irrasional adalah bilangan yang tidak dapat dinyatakan
sebagai pembagian dua bilangan bulat.
Misal: π, , log 7 dan
sebagainya.
h Bilangan riil adalah bilangan yang merupakan penggabungan dari
bilangan rasional dan bilangan irrasional
Misal: dan
sebagainya.
i Bilangan imajiner (bilangan khayal) adalah bilangan yang ditandai
dengan i, bilangan imajiner i dinyatakan sebagai . Jadi, jika i
= maka i2=
-1
Misal:
=
= 2 i
= 2i
Jadi, .
j Bilangan kompleks adalah bilangan yang merupakan penggabungan dari
bilangan riil dan bilangan imajiner.
Misal;
Log
Simbol bilangan bangsa
Maya di Amerika pada 500 tahun SM:
Ada pula penulisan angka
yang dipergunakan oleh bangsa Yunani Kuno. Menulis bilangan dengan menggunakan huruf
abjad yang mereka pakai seperti tampak pada gambar:
Sekitar 3500 tahun
S.M,Orang-orang Mesir kuno (Egypt) menggunakan Hieroglif untuk menuliskan
bilangan-bilangan seperti tampak pada gambar:
Dalam perkembangan
selanjutnya, angka hindu –Arab kuno ditemukan dalam manuskrip Sepanyol abad X dan
menjadi cikal bakal bagi angka-angka yang dipakai sekarang ini seperti
diperlihatkan pada gambar:
Pada abad ke 11, bangsa arab menulis lambang bilangan (angka) dari angka 1 sampai dengan 9
seperti yang ada dan terus dipakai sampai saat ini oleh orang-orang Islam
diseluruh dunia seperti tampak pada gambar:
Simbol bilangan bangsa
Romawi yang juga masih dipakai hingga kini:
Aplikasi Bilangan
Aplikasi Bilangan pada Bidang Komputer
Sistem Bilangan atau
Number System adalah suatu cara untuk mewakili besaran suatu item fisik. Sistem
Bilangan menggunakan bilangan dasar atau basis (base/radix) yang tertentu.
Dalam hubungannya dengan komputer, ada 4 jenis Sistem Bilangan yang dikenal
yaitu: Desimal (Basis 10), Biner (Basis 2), Oktal (Basis 8) dan Hexadesimal
(Basis 16). Berikut penjelasan mengenai 4 sistem bilangan ini.
a. Desimal (Basis 10)
Desimal (Basis 10)
adalah sistem bilangan yang paling umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Sistem bilangan desimal menggunakan basis 10 dan menggunakan 10 macam simbol
bilangan yaitu: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 9. Sistem bilangan dasimal dapat
berupa integer desimal (decimal integer) dan dapat juga berupa pecahan
desimal (decimal fraction). Untuk melihat bilangan desimal dapat
digunakan perhitungan seperti berikut, misalkan contoh bilangan desimal adalah
8598. Ini dapat diartikan
Dalam gambar di atas
disebutkan Absolut Value dan Position Value.
Setiap simbol dalam sistem bilangan desimal memiliki bentuk Absolut Value dan Position Value. Absolut Value adalah nilai mutlak dari
masing-masing digit bilangan. Sedangkan Position Value adalah nilai penimbang atau bobot dari masing-masing digit
bilangan tergantung dari letak posisinya yaitu bernilai basis di pangkatkan
dengan urutan posisinya. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel dibawah ini.
Dengan begitu maka
bilangan desimal 8598 bisa diartikan sebagai berikut:
Sistem bilangan desimal
juga bisa berupa pecahan desimal (decimal fraction), misalnya: 183,75
yang dapat diartikan:
Aplikasi Bilangan pada
Bidang Filosofi
Filsafat membahas
bilangan sebagai objek studi material artinya filsafat menjadikan bilangan
sebagai objek sasaran untuk menyelidiki ilmu tentang bilangan itu sendiri.
Objek material filsafat ilmu bilangan adalah bilangan itu sendiri. Bilangan itu
sendiri dimulai dari yang paling sederhana, yakni bilangan asli, bilangan
cacah, kemudian bilangan bulat, dan seterusnya hingga bilangan kompleks.
Sebagai objek formal filsafat, bilangan dikaji hakikat. Pengkajian filsafat
tentang bilangan misalnya mengenai apa hakikat dari bilangan itu, bagaimana
merealisasikan konsep bilangan yang abstrak menjadi riil atau nyata, bagaimana
penggunaan bilangan untuk penghitungan dan atau pengukuran.
Soal:
1.Apa definisi dari bilangan? dan sebutkan jenis bilangan sederhana?
2.Jelaskan gambaran sejarah purbakala dari matematika?
3.Pada awalnya bilangan digunakan untuk apa?
4.sebutkan macam-macam bilangan?
5.Jelaskan aplikasi bilangan dalam kehidupan sehari-hari?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar